Ceritaku

Ceritaku

Narablog


PENANTIAN YANG BERBUAH MANIS

           Kegalauan sangat kurasakan saat itu. Setelah beberapa bulan pulang dari perantauan. Ya .... aku dulu seorang TKW di negeri jiran di sebuah perusahaan percetakan, karena himpitan ekonomi keluarga yang akhirnya membawaku pergi merantau untuk membantu  meringankan beban keluargaku khususnya ibuku. Sebagai anak pertama dalam keluarga, aku memiliki tanggung jawab untuk melakukan itu.

            Beberapa bulan menjadi pengangguran sangat membuatku bingung. Padahal sudah beberapa kali melamar pekerjaan tapi gak ada satupun yang menerimaku dengan alasan karena aku seorang mantan TKW sehingga mereka takut jika aku menuntut gaji tinggi. Hal itu sempat membuatku putus asa sampai akhirnya ada sebuah tawaran dari tetanggaku supaya aku kerja di sebuah toko sepeda. Alhamdulillah...... itulah yang bisa kukatakan. Aku bekerja  di sana kurang lebih 4 bulan. Karena pagi itu waktu mau berangkat kerja saat dalam perjalanan aku mengalami kecelakaan sehingga ku memutuskan untuk berhenti kerja.

            Aku memendam keinginan untuk bisa kuliah. Siang itu waktu aku ke rumah sepupuku aku mendapat info kalau ada pembukaan pendaftaran kuliah D2 PGSD di sebuah universitas swasta di kotaku. Rupanya keinginanku untuk bisa kuliah akan segera terwujud pikirku. Setelah pulang akupun segera bicara pada bapak dan ibuku untuk mengutarakan keinginanku. Tapi jawaban bapak dan ibuku tidak seperti yang kuinginkan. “Nek mak gak ngongkon yo gak nyegah soale memang mak gak iso mbiayai, kowe lak ngerti bapakmu kadang kerjo kadang ora (kalau mak gak nyuruh juga gak mencegah karena memang mak gak bisa membiayai, kamu kan tahu bapakmu kadang kerja kadang tidak) ” kata ibuku. Aku hanya tertegun mendengar jawaban itu dan berusaha untuk memahaminya. Sedangkan bapakku bilang “ yo gak po-po... ngko kowe iso mbantu adikmu (ya gak  apa-apa... nanti kamu bisa membantu adikmu)”. Mendengar jawaban bapak semangatku untuk bisa kuliah semakin kuat. Akhirnya aku mendaftar walaupun untuk membayar biaya pendaftaran aku harus menjual cincin yang ku beli waktu jadi TKW.

            Kuliah di universitas swasta di kota Malang membuat aku punya harapan baru. Walaupun usiaku dengan teman-teman kuliah terpaut banyak tapi aku menanamkan pada diriku sendiri untuk tetap semangat dan jangan sampai ketinggalan dengan yang lain. Masuk semester II aku mencoba cari tempat untuk bisa mengabdi di sebuah sekolah hitung-hitung buat belajar sekaligus dapat menerapkan ilmu yang kudapat di bangku kuliah.

            Ternyata mencari sekolah yang mau menerimaku sebagai GTT tidak semudah yang kubayangkan. Sudah beberapa sekolah yang kudatangi tapi tidak ada satupun yang bisa menerimaku karena rata-rata tiap sekolah sudah ada GTTnya. Dari beberapa sekolah tersebut ada yang kepala sekolahnya menerima dengan baik bahkan mau memberikan saran untukku. Ada satu sekolah yang kepala sekolahnya membuat aku hampir putus asa. Baru kulangkahkan satu kakiku masuk ke halaman sekolah tapi aku mendengar sebuah teriakan “ stop.... mau jadi GTT kan? Sudah kembali saja” aku sangat terkejut dan rasanya mau menangis. Ternyata yang teriak itu sang kepala sekolah, kulihat di teras sekolah sambil mengangkat tangannya seperti pak polantas yang sedang menyetop kendaraan. Dengan langkah berat dan pikiran galau kutinggalkan sekolah itu. “Mengapa ya kok ada kepala sekolah yang seperti itu? Tidak bisa menghargai orang lain” pikirku.

            Walaupun banyak kejadian yang kualami selama mencari tempat untuk menjadi seorang GTT tapi tidak menyurutkan keinginan serta semangatku untuk terus berusaha, sampai akhirnya ada satu sekolah di pinggiran kota menerimaku. Sambil menjadi GTT aku menjalani kuliah sampai selesai. Banyak pengalaman yang kudapat selama mengabdi di sekolah ini dan tentunya akan sangat bermanfaat di kemudian hari.

            Hari berganti hari hingga tahun berganti tahun tak terasa kujalani sebagai seorang GTT. Keinginanku untuk melanjutkan kuliah S1 akhirnya terwujud ketika ada kesempatan datang. Aku sekarang sudah berstatus sebagai seorang istri dan alhamdulillah suamiku sangat mendukung keinginanku tersebut. Dengan penuh keyakinan aku menjalani kuliah sambil tetap menjadi GTT sampai akhirnya aku menyelesaikan studiku.

            Aku mendengar kabar bahwa akan ada moratorium CPNS. Aku berharap masih punya kesempatan untuk bisa menggunakan ijasah S1 ku sebelum peraturan itu diberlakukan. Dan akhirnya kesempatan itu benar-benar datang. Aku mendaftar tes CPNS 2013 sebenarnya merupakan kesempatan pertama dan terakhirku. Pertama karena pertama kali aku bisa mendaftar dengan ijasah S1. Terakhir ya terakhir karena untuk tahun berikutnya aku sudah tidak bisa ikut lagi terkait usia. Jadi dalam hati aku berniat untuk ikut meramaikannya saja, apakah nanti berhasil atau tidak semua kupasrahkan kepadaNya.

            Hari itu datang, tes CPNS 2013. Pagi-pagi sekali aku sudah menyiapkan diri untuk mengikuti tes. Ada ribuan peserta yang mengikutinya dan dengan langkah pelan tapi pasti aku menuju ruang ujian. Aku termasuk paling akhir yang menyerahkan lembar jawaban. Aku masih ingat waktu menyerahkan LJK serta mohon pamit kepada ibu pengawas dan beliau mengatakan “mudah-mudahan mbak lolos ya” dan dengan segera aku menyahut      “aamiin.... tolong didoakan ya bu!” kuanggap itu adalah doa buatku, karena setiap ucapan adalah doa.

            Hatiku dag dig dug menanti saat pengumuman tes CPNS. Dalam hatiku berkecamuk antara lolos atau tidak lolos. Aku bahkan tidak berani untuk membayangkannya. Karena selama ini banyak beredar kabar bahwa yang lolos tes CPNS itu yang berani bayar banyak bahkan sampai ratusan juta. Sedangkan kalau aku darimana mendapatkan uang sebanyak itu dan lagipula aku mengharamkan diriku melakukan itu. Aku hanya bisa pasrah, tapi aku punya keyakinan jika Allah sudah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin dan rejeki itu tidak akan pernah tertukar. Itulah yang menguatkanku dan untuk selalu berpikir positif. Jadi kalau memang tidak lolos berarti memang belum rejekiku untuk menjadi seorang PNS dan tentunya Allah sudah menyiapkan yang lebih baik.

            Tanggal 24 Desember 2013 akhirnya datang juga. Pengumunan tes CPNS 2013 sudah keluar. Aku minta tolong adikku untuk melihat hasilnya sementara aku sendiri sangat malas untuk melihatnya karena takut kecewa. Seperti biasa karena hari itu bertepatan dengan libur sekolah jadi aku melakukan rutinitas harianku sebagai ibu rumah tangga. Saat sedang mencuci hpku bunyi, ternyata ada sms dari Ria temanku satu SD. “Selamat ya mbak!” katanya. “Selamat apa?” jawabku. “Pean lolos cpns”katanya. “Alhamdulillah.... mosok to bener?” jawabku seakan tidak percaya. Segera aku bergegas meninggalkan cucianku untuk mendapatkan kabar yang lebih pasti. Aku memanggil suamiku dari tempat kerjanya dan suamiku juga sangat terkejut sekaligus terharu mendengar kabar itu. Kami berdua tak sadar langsung sujud syukur bersama.

            Ya Allah ternyata kalau Engkau sudah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin. Itulah yang kurasakan. Kekuatan Allah lebih besar dari apapun, walau banyak yang mengatakan untuk menjadi PNS harus mengeluarkan uang puluhan bahkan ratusan juta, tapi semua itu terbantahkan dengan kejadian yang kualami. Jika kita mau sabar, ikhlas, serta semangat dan tak lupa berdoa kepada yang memberi rejeki Inshaa Alllah akan ada jalan. Aamiin. 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjemput Rejeki di Ujung Tahun

Damai