Cerber: Senandung Rindu Part 1
Senandung Rindu
Hari itu sangat terik. Di bawah sebuah pohon yang rindang, terlihat seorang anak laki-laki berumur kurang lebih 10 tahun. Berambut hitam bergelombang, kulit kuning langsat, mata bulat dengan alis tebal memakai kaos dan celana pendek yang sedikit lusuh. Dia adalah Riko. Seorang anak yatim yang setahun lalu ayahnya telah meninggal karena penyakit lambung. Dia berada di bawah pohon itu untuk sekedar berteduh karena kelelahan saat menghalau kambing piaraan yang sedang digembalanya masuk perkebunan tetangga.
Riko anak yang rajin, ia tinggal dengan kakek dan neneknya serta kedua adiknya yang masih kecil-kecil. Riko merupakan anak sulung. Ibunya bekerja di luar kota setelah ayahnya meninggal. Setiap hari ia membantu kakeknya dengan menggembalakan kambing setelah pulang sekolah. Seperti sore itu, dia menggembalakan kambing sampai kelelahan karena sebenarnya Riko juga kurang sehat. Yaa... Riko ada sedikit masalah dengan lambungnya, karena sering telat makan mengakibatkan ia mempunyai masalah dengan lambungnya.
Riko sebenarnya memendam rindu kepada ibunya. Sejak bekerja di luar kota setahun lalu, ibunya hanya dua kali pulang untuk menjenguk anak-anaknya. Itupun tidak bisa lama karena harus segera kembali ke Surabaya lagi. Riko merasa kebersamaan dengan ibunya yang hanya sebentar seakan tak berarti. Karena ia ingin berlama-lama dan bermanja-manja dengan ibunya seperti teman-temannya yang setiap hari mendapat perhatian dan kasih sayang yang utuh dari orang tuanya. Riko bertanya pada neneknya, "Nek, mengapa sih ibu hanya sebentar pulangnya? (sambil menahan air mata yang mau menetes)". " Ko... ibumu itu bekerja ikut orang, nanti kalau lama-lama pulang ditunggu sama majikannya. Apa kamu mau ibumu dapat marah majikannya?" jawab nenek. Dengan menggelengkan kepala " Yaa... Nggaklah nek. Kan kasihan ibu" jawab Riko. " Untuk itu didoakan saja ibumu... Supaya tetap sehat dan dapat bekerja" sambung nenek. "Ya nek (sambil mengangguk pelan dan menghela nafas panjang)." jawab Riko pelan.
Rudi, adik Riko yang paling kecil berumur 3 tahun. Ia lupa dengan wajah ayahnya karena pada saat ayah mereka meninggal Rudi baru berumur 2 tahun. Rudi menganggap bahwa kakek yang selama ini mengasuhnya adalah ayahnya. Rudi sangat dekat dengan kakeknya karena selama ini kemanapun kakek pergi Rudi selalu diajak. Sedangkan adik kedua Riko bernama Rini. Selisih umur Riko dan Rini adalah 3 tahun. Bila Rudi dekat dengan kakeknya, si Rini dekat dengan neneknya. Setiap hari Rini membantu neneknya membersihkan rumah.
Sekilas bila dilihat kehidupan keluarga Riko baik-baik saja, tetapi sesungguhnya hidup mereka jauh dari kata cukup. Untuk menghidupi keluarganya kakek dan nenek Riko yang sudah senja harus membanting tulang dengan berjualan jajan di pasar. Jajanan yang dijual diambil dari pembuat kue dan setiap pagi setelah subuh Riko membantu kakeknya untuk mengambil jajanan tersebut kemudian nenek menjualnya di pasar. Yaa... nenek ikut membantu menjajakan kue milik si pembuat dan nenek mendapat upah tergantung dari banyak kue yang terjual. Sementara kakek selain beternak kambing juga ikut orang untuk menjadi buruh harian. Sedangkan ibu Riko tidak bisa selalu kirim uang untuk kebutuhan Riko dan adik-adiknya karena gaji yang didapat selama kerja tidaklah terlalu besar.
Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun ibu Riko semakin jarang mengirim uang apalagi pulang. Hari itu merupakan hari kelulusan Riko dari sekolah dasar. Riko dan teman-temannya sangat gembira menyambutnya. Tapi kegembiraan Riko seketika sirna setiap melihat temannya yang didampingi orang tuanya pada saat pengambilan ijazah. Riko hanya bisa menelan ludah karena yang datang ke sekolah untuk mengambil ijazahnya adalah neneknya. "Nek... kenapa sih ibu sekarang tak pernah pulang?" tanya Riko pada neneknya. "Sudah... kamu tak perlu sedih kan ada nenek yang menemani kamu. Lagipula mungkin ibumu sangat sibuk." jawab nenek untuk menenangkan hati Riko. (Walaupun di hati sebenarnya sang nenek juga berpikir, kenapa anaknya sudah lama tidak pernah menjenguk mereka). "Ko... yang terpenting kamu harus bisa menjadi contoh yang baik buat adikmu ya. Kamu jangan putus asa nak. Nenek dan kakek akan selalu menyayangi kalian (mata nenek berkaca-kaca)". lanjut nenek. "Iya nek. Riko janji akan menjadi anak yang baik demi nenek."jawab Riko sambil memeluk neneknya dan mengusap air mata yang menetes di pipinya. Riko merupakan anak yang penurut, sehingga sang nenek sangat sayang pada cucunya ini. Ia tidak pernah membantah karena Riko sadar bahwa nenek dan kakeknyalah yang telah mengasuh dia dan kedua adiknya selama ini dengan penuh kasih sayang. Dari merekalah Riko mendapatkan kasih sayang yang utuh walaupun cara mendidik neneknya sangat keras tapi Riko tahu bahwa itu adalah untuk kebaikannya juga.
Sepulang dari sekolah Riko duduk di beranda rumahnya. Dia teringat terakhir kali ibunya pulang dengan membawakan mainan untuk dia dan adiknya. Ibunya membelikan sebuah mobil-mobilan untuknya. Dia mengambil mainan tersebut yang disimpan di lemari. Riko memegangi mobil-mobilan itu bukan untuk bermain melainkan untuk meluapkan kerinduannya pada sang ibu. Dia memandangi dan memeluk erat mainannya sambil membayangkan bahwa ibunya yang sedang memeluknya.
![]() |
| Narablog |

Semangaattttt...
BalasHapus